Entri yang Diunggulkan

Bertaubatlah...Sungguh Allah Maha Pengampun dan Penerima Taubat

Tulisan ini sengaja saya buat sebagai nasehat untuk diri saya pribadi. Di kemudian hari ketika kelak saya kembali membuka lembaran blog ini,...

Jumat, 15 April 2016

Zuhudlah, Maka Engkau Akan Bahagia

Apa yang terlintas di kepala kita tatkala mendengar kata zuhud? Mungkin kebanyakan akan menggambarkan tentang keadaan seseorang yang hidup serba sederhana, hidup pas-pasan, jauh dari kekayaan.
Sebenarnya  makna zuhud tidaklah sesempit itu. Gambaran zuhud itu tidak melulu hanya dengan hidup sederhana dan jauh dari harta dunia. Namun yang lebih penting dari itu semua bahwa zuhud itu adalah amalan hati yang tidak bisa dinilai hanya dengan tampilan fisik semata. Bukankah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam adalah orang yang paling zuhud tapi tetap memiliki harta yang banyak yang kemudian disedekahkan di jalan Allah. Bukankah Abu Bakar, Usman bin Affan dan Abdurrahman bin Auf merupakan sosok-sosok hartawan tapi terkenal dengan sikap zuhudnya. Mereka tak sungkan untuk menginfakkan seluruh  hartanya unuk kepentingan dakwah dan umat Islam.
Zuhud itu adalah meninggalkan keinginan terhadap dunia.   Lebih sederhananya, zuhud adalah meninggalkan segala hal yang dapat melalaikan hati dari dzikir dan ibadah kepada Allah. Terkadang seseorang itu hartawan tapi ia adalah seorang yang zuhud karena hartanya itu dijadikan sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan banyak bersedekah dan menolong orang lain. Dan ada kalanya seorang itu tampak sederhana dan serba kurang, tapi nafsu dan angannya terhadap dunia begitu besar. Hal inilah yang menunjukkan zuhud itu adalah amalan hati dan bukanlah amalan fisik semata. Bagi orang zuhud, dunia hanyalah berada di tangannya saja yang apabila lepas, maka dengan mudahnya ia lepaskan, sedangkan dihatinya tetap akhiratlah yang menjadi tujuan utama dalam hidupnya. Inilah zuhud yang sebenarnya.
Orang yang zuhud tidak akan banyak berangan-angan terhadap apa yang dimiliki manusia karena baginya apa yang ada disisi Allah jauh lebih baik. Mereka lebih berharap pahala Allah terhadap musibah dunia yang menimpa mereka dibandingkan nikmat tersebut kembali.  Mereka juga sama sekali tidak menganggap celaan atau pujian manusia itu berarti selama mereka berada dalam kebenaran. Akhirnya yang mereka inginkan hanyalah terjauhkannya mereka dari segala hal yang melalaikan mereka dari mengingat Allah.
Ada 3 benih dalam menumbuhkan sikap zuhud yaitu menyadari kehidupan akhirat yang kekal sehingga senantiasa menyibukkan diri untuk beribadah dan menyiapkan bekal, menyadari kehidupan dunia yang hanyalah sementara dan menjadi tempat persinggahan saja dan menyadari bahwa apa yang telah ditetapkan untuknya, tidak akan luput darinya dan apa yang tidak ditetapkan untuknya maka tetap akan luput darinya.
Bagi seorang yanģ zuhud maka akan mendapatkan cinta Allah sekaligus cinta manusia. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
Dari Sahl bin Sa’ad As Sa’idi, ia berkata ada seseorang yang mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas berkata, “Wahai Rasulullah, tunjukkanlah padaku suatu amalan yang apabila aku melakukannya, maka Allah akan mencintaiku dan begitu pula manusia.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda, “Zuhudlah pada dunia, Allah akan mencintaimu. Zuhudlah pada apa yang ada di sisi manusia, manusia pun akan mencintaimu.” (HR. Ibnu Majah dan selainnya. An Nawawi mengatakan bahwa dikeluarkan dengan sanad yang hasan).

Demikianlah orang-orang yang zuhud. Mereka zuhud terhadap dunia maka Allah pun mencintai mereka dan mereka zuhud terhadap apa yang ada disisi manusia maka manusia pun mencintai mereka. Semoga kita dikaruniakan sifat zuhud yang akan membawa kita kepada kebahagiaan dunia dan akhirat. Aamiin.

Sumber: https://rumaysho.com/1058-memahami-arti-zuhud.html
              Majalah hidayatullah edisi februari 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar