Alhamdulillah saya lahir dari keluarga berkecukupan. Kedua orang tua adalah pegawai negeri yang insya Allah mampu untuk menghidupi saya dan ketiga adekku. Dalam hal pendidikan agama, kedua orang tua pun sengaja memasukkan kami anak-anaknya ke sekolah agama yaitu MTs dan MAN agar bisa mendapatkan ilmu agama yang memadai. Namun, selama saya sekolah, saya merasa bahwa masih ada yang kurang dalam sistem pendidikan sekolah agama di negeri kita. Mungkin karena saya melihat banyaknya teman-teman yang sekolah agama tapi masih sering melakukan praktek pacaran, menyontek, tidak disiplin dalam sholat tepat waktu dan berbagai hal lainnya yang menuruttku masih jauh dari perintah agama. Hal inilah yang membuatku mencari ilmu-ilmu Islam dengan banyak membaca buku-buku dan majalah islami. Awalnya saya sering membaca majalah remaja islami seperti An**da atau el**ta. Disini saya melihat bahasan yang lebih menyentuh sisi-sisi kehidupan ku sebagai remaja.
Di masa MAN (setara SMA) inilah awalku mendapatkan hidayah. Saya mengenal akhwat yang merupakan adek juniorku yang memakai jilbab panjang dan lebar (jilbab besar). Dialah yang mengajak pertama kali ikut kajian jumat di sekolah. Saya sempat merasa takut untuk ikut karena dipikiranku waktu itu, nanti kalau saya ikut, saya bisa terpengaruh dan akan ikut-ikutan memakai jilbab besar. Namun pikiran itu saya tepis karena minatku yang besar untuk mengetahui apa yang akan disampaikan di kajian itu. Saya berpikir positif bahwa tidak mungkin mereka akan memaksa kami untuk memakai jilbab seperti mereka. Dan memang benar. Selama saya mengikuti kajian tersebut, tidak pernah sekalipun saya dipaksa untuk mengikuti apa yang mereka sampaikan. Bahkan saya sendiri yang sadar karena ilmu yang disampaikan semua berdasar pada Al Qur'an dan As sunnah sesuai pemahaman salafus shaleh.
Saya dan beberapa orang teman sekelasku terus mengikuti kajian pada hari jumat tersebut secara rutin hingga akhirnya kami diajak untuk ikut daurah yang akan membahas materi yang lebih terarah. Saya mengikuti daurah hanya sehari karena berhubung tempatnya yang sulit dijangkau oleh kendaraan waktu itu. Selepas daurah, kami dibentuk dalam halaqah (kelompok) tarbiyah untuk dibimbing lebih intens lagi. Alhamdulillah sejak ikut tarbiyah, materi yang diberikan jauh lebih fokus dan mendasar karena membahas terkait dengan pondasi utama aqidah Islam yaitu tauhid. Dari materi inilah saya betul-betul merasakan baru saja mengenal Allah dan sangat mengubah cara pandangku dalam menyikapi banyak hal. Karena tauhid inilah yang merupakan pondasi dan kunci bagi kita untuk selamat dunia akhirat. Materi inilah yang jika diperkuat, maka tidak akan ada lagi masalah-masalah yang sering kita jumpai dalam kehidupan kita sehari-hari. Dengan tauhid yang kuat, seorang muslim akan mampu melewati semua rintangan yang dihadapinya dalam hidup ini.
Hari berganti hari, bulan pun berlalu, akhirnya kami berada di penghujung masa MAN dan itu berarti kami akan melanjutkan jenjang kuliah. Saya pun berniat melanjutkan kuliah di Makassar dan meninggalkan kampung halaman. Ini berarti juga meninggalkan tarbiyah yang selama ini kujalani. Saya disarankan untuk lanjut tarbiyah di Makassar oleh guru ku (murobbiyah), namun saat itu mungkin karena terlalu sibuk mempersiapkan bimbel untuk ujian masuk universitas, saya vakum dari tarbiyah dan mengalami futur iman. Saya pun menjalani hari-hari tanpa tarbiyah dan ini membuat hatiku seperti orang yang kehilangan arah. Saya pun tenggelam dengan kesibukan bimbel dan pergaulan yang semakin tidak terarah.
Dan tibalah ujian masuk universitas. Saya mencoba melalui jalur non subsidi yang waktu itu dibuka lebih duluan daripada jalur umum. Saya niatnya hanya coba-coba. Ternyata takdir mengatakan saya lulus melalui jalur tersebut untuk masuk di Fakultas Kedokteran Unhas. Alhamdulillah ala kulli hal. Karena tidak semua orang bisa lulus lewat jalur ini apalagi untuk ke jurusan favorit seperti yang saya pilih.
Di fakultas ini, saya kembali dipertemukan dengan akhwat-akhwat berjilbab besar. Saya waktu itu tak menyangka bahwa dakwah Islam ini ternyata telah sampai pula ke fakultas ini. Dipikiranku semua mahasiswa kedokteran pasti sibuk dengan kuliah dan tidak sempat ikut kajian islami. Saya dibuat kagum dengan akhwat-akhwat tersebut yang walaupun sibuk kuliah tapi masih sempat untuk ikut kajian diluar jam kuliah. Disinilah kembali Allah menunjukkan jalan hidayah itu untuk kembali menyapaku setelah vakum beberapa bulan. Saya kembali diajak untuk tarbiyah walaupun harus mengulang materi dari awal karena saya ikut di halaqah yang baru terbentuk. Tapi bagiku, itu tidak masalah karena bukankah ilmu jika diulang-ulang, akan semakin melekat. Alhamdulillah pada tahun keduaku di fakultas, saya memutuskan memakai jilbab besar untuk menyempurnakan hijab ku. Maha Suci Allah yang senantiasa mebolak-balikkan hati ini, dan saya bersyukur masih diberi kesempatan merasakan nikmat hidayah ini.
Di masa-masa selanjutnya bukan berarti tak ada masa-masa futur itu,misalnya saat menjalani co-ass, internsip dan masa ketika menjadi ummahat. Namun Allah selalu menunjukkan jalanNya untuk kembali lagi kepadaNya. Semoga kisah ini menjadi pelajaran bagi saya pribadi dan juga pembaca sekalian. Yakinlah setiap kita punya jalan hidup yang berbeda-beda tapi jangan pernah berputus asa dari rahmat dan hidayah Allah. Allah selalu sayang pada hamba-hambaNya. Sisa bagaimana cara kita menyikapi setiap peristiwa yang terjadi dalam hidup kita. Wallahu A'lam.
" Yaa Muqallibal Qulub Tsabbit Qalbi 'Ala Diinik"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar