Entri yang Diunggulkan

Bertaubatlah...Sungguh Allah Maha Pengampun dan Penerima Taubat

Tulisan ini sengaja saya buat sebagai nasehat untuk diri saya pribadi. Di kemudian hari ketika kelak saya kembali membuka lembaran blog ini,...

Sabtu, 03 Juni 2017

Tantangan 10 hari kuliah bunda sayang IIP #day1

Bismillahirrahmanirrahim
Komunikasi produktif adalah sebuah keniscayaan dalam membangun peradaban pendidikann. Inilah kunci terbukanya informasi dan tersampaikan nya pengetahuan dari satu orang ke orang lain dalam komunitas, khususnya dalam hal ini komunitas kecil bernama keluarga.

Alhamdulillah saya sangat beryukur masih diberi kesempatan untuk mengikuti kuliah lanjutan bunda sayang Institut Ibu Profesional setelah sebelumnya telah menjalani program matrikulasi yang memuat gambaran menyeluruh proses pendidikan untuk menjadi ibu profesional dalam ruang lingkup universitas kehidupan ini.

Materi pertama telah tersampaikan dan masyaAllah begitu banyak kekurangan diri ini dalam melakukan komunikasi dalam keluarga khususnya anak-anak yang masih belum memiliki nalar yang sempurna. Dibutuhkan kesabaran dan mujahadah dalam membangun konsistensi pengamalannya.

Challenge 1 ini menjadi hal yang semoga menjadi pemicu dan penyemangat dalam pengamalan/action saya ke depan. Dari sebelas poin, sebenarnya semua bisa terintegrasi dengan baik jika dilakukan bersamaan. Tapi untuk challenge 10 hari ini,saya ingin fokus ke poin mengendalikan emosi karena inilah poin yang paling berat menurut saya.

Ziyad (3y8m) adalah anak laki-laki yang aktif bermain dan masih dalam tahap perkembangan psikis yang egosentris. Dia senang bermain bersama tapi belum bisa bermain bersama sama. Begitupun adiknya, nusaibah (1y2m) yang juga belum paham tentang bermain bersama sama ini.

Akhirnya sering sekali timbul bentrok antar keduanya yang tak jarang menghasilkan emosi tak stabil dari umminya😁.

Hari ini hari pertama challenge, ziyad kembali berulah. Dia sedang bermain puzzle ikan yang saya bantu menyusunnya dengan rapi. Nah, nusaibah tiba-tiba datang menghampiri sang kakak dan mulai mempereteli satu satu puzzle yang telah tersusun rapi tadi.

Maka murkalah sang kakak terhadap adiknya dan saya pun tidak bisa menghindari kekacauan yang timbul setelah nya, hehehe.

Karena ziyad tidak mau diam dan terus mengamuk, maka emosi saya pun naik. Saya tidak mampu berpikir jernih dan akhirnya memarahi sang kakak yang tidak mau berbagi.

"Kakak, adek pinjam mainannya sebentar saja"
"Tidak mauka, pokoknya perbaiki ki ummi"
"Tidak naambil ji adek nak, mau saja main main sebentar"
" Tidak mau, pokoknya tidak mau" ziyad terus mengamuk dan berteriak.
Akhirnya saya pun mengeluarkan kata-kata pamungkas, ancaman
"Kalau kakak ziyad tidak mau, ummi hukum nanti di kamar, tidak boleh keluar kamar"
Maka semakin menjadi lah tangisan nya.

Pada kondisi seperti ini, terkadang saya sadar bahwa sang kakak sebenarnya hanya mau mempertahankan hak nya (yaitu mainannya). Hanya saja, saya merasa bahwa sang kakak harusnya bisa berbagi dengan adeknya. Padahal nalar nya belum sampai disitu.

Akhirnya saya menghukum dengan kata-kata ancaman yang tidak seharusnya dilontarkan, saya menyesal. Tapi begitulah, penyesalan selalu belakangan. Sang kakak sudah terlanjur sedih dan marah. Butuh beberapa lama untuk menstabilkan emosi nya yang terlanjur meluap.

Saya pun hanya bisa menatap sedih sang kakak sedang adiknya sudah asyik dengan puzzle tadi.

Yah, beginilah tantangan hari pertama berakhir dengan kurang menyenangkan karena saya yang masih kurang dalam pengendalian diri dan masih perlu banyak introspeksi diri.

Malamnya saya membaca kembali materi kuliah pertama bunda sayang, komunikasi produktif, untuk mereview kembali apa yang salah. Ternyata saya baru menyadari bahwa semua poin itu memiliki keterkaitan dan tidak bisa berdiri sendiri.

Misalnya dalam kasus tadi, harusnya saya bisa menerapkan poin kiss (keep itu short simple),  menunjukkan empati, intonasi suara yang rendah, memberi pilihan adek /kakak untuk main yang lain,serta memberikan kritikan dengan jelas.

Akhirnya saya memutuskan untuk menghapal dan melist satu satu poin tersebut dalam kepala agar jika timbul konflik selanjutnya,saya bisa menerapkan bukan hanya poin mengendalikan emosi tapi juga poin lain secara terintegrasi.

Saya juga meminta maaf kepada kakak atas sikap saya tadi, walaupun permintaan maaf ini sebenarnya sudah tidak terhitung untuk kesekian kalinya saya lontarkan.

Saya sedih tapi semoga Allah memudahkan diri ini untuk menjadi lebih baik lagi kedepannya agar bisa mewujudkan cita-cita besar keluarga menjadikan anak-anak menjadi anak Sholeh Sholehah. Semoga Allah mudahkan,  allahumma aamiin.

#level1
#day1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Tidak ada komentar:

Posting Komentar